Ads 468x60px

Featured Post

Loading....

Senin, 15 Juli 2013

Beternak Kambing



Beternak kambing

Ulasan tentang hewan ini telah di rangkum dalam artikel Kambing Juga Domba. Kali ini admin tambah wawasan baru yaitu menyangkut pemeliharaan dan bila ada dana bisa dibudidayakan. Namun, sebelum itu ada bahasan sedikit mengenai apa keperluannya, bila hendak melihara. Karena menyangkut hewan ini, walau banyak hidup di masyarakat, kota maupun di pedesaan, amat jarang sekali yang berhasil. Akan tetapi, bila dalam pemeliharaanya ulet serta tekun, dibarengi dengan niat yang ikhlas, maka akan ada hasil yang dicapai.

Soal memelihara kambing, banyak sekali aturan dan tata-cara serta keharusan yang perlu diketahui. Sebagai awalnya tahu sejarah singkat ternak kambing, sentra  budidaya ternak kambing, jenis-jenis ternak kambing, manfaat ternak kambing, persyaratan lokasi budidaya ternak kambing,  pedoman teknis budidaya ternak kambing, hama dan penyakit ternak kambing dan lain-lain. Hanya saja admin bukan ahlinya pada hal ini, cuma membantu saja kali ada yang ingin beternak kambing atau memang sudah punya dirumah. Tulisan ini dapat dirangkum ari berbagai sumber semoga ada manfaatnya.

Pembahasan kali ini untuk beternak kambing agar mempunyai hasil yang dibanggakan atau dengan kata lain 'Ternak kambing produksi optimal'.
  • Bahan: Kambing, pakan, peralatan konstruksi kandang, lahan.
  • Alat: Tempat pakan/minum.
  • Pilot proyek Semua jenis kambing asli yang berada di Indonesia tentunya, adalah kambing kacang dan kambing peranakan etawa (PE).
  • Memilih bibit: Pemilihan bibit diperlukan untuk menghasilkan keturunan yang lebih baik. Pemilihan calon bibit dianjurkan di daerah setempat, bebas dari penyakit dengan phenotype (postur) yang baik.
  • Calon induk: Umur berkisar antara > 12 bulan, (2 buah gigi seri tetap), tingkat kesuburan reproduksi sedang, sifat keindukan baik, tubuh tidak cacat, berasal dari keturunan kembar (kembar dua), jumlah puting dua buah dan berat badan > 20 kg.
  • Calon pejantan: Pejantan mempunyai penampilan bagus dan besar, umur > 1,5 tahun, (gigi seri tetap), keturunan kembar, mempunyai nafsu kawin besar, sehat dan tidak cacat.
  • Pakan: Ternak kambing menyukai macam-macam daun-daunan sebagai pakan dasar dan pakan tambahan (konsentrat).

Pakan tambahan dapat disusun dari (bungkil kalapa, bungkil kedelai), dedak, tepung ikan ditambah mineral dan vitamin.
Pakan dasar umumnya adalah rumput kayangan, daun lamtoro, gamal, daun nangka, dsb.
Pemberian hijauan sebaiknya mencapai 3 % berat badan (dasar bahan kering) atau 10 – 15 % berat badan (dasar bahan segar)
Pemberian pakan induk: Selain campuran hijauan, pakan tambahan perlu diberikan saat bunting tua dan baru melahirkan, sekitar 1 1/2 % berat badan dengan kandungan protein 16 %.
Kandang: Pada prinsipnya bentuk, bahan dan konstruksi kandang kambing berukuran 1 1/2 m² untuk induk secara individu. Pejantan dipisahkan dengan ukuran kandang 2 m², sedang anak lepas sapih disatukan (umur 3 bulan) dengan ukuran 1 m/ekor. tinggi penyekat 1 1/2 – 2 X tinggi ternak.
Pencegahan penyakit : sebelum ternak dikandangkan, kambing harus dibebaskan dari parasit internal dengan pemberian obat cacing, dan parasit eksternal dengan dimandikan.
Source at Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id.


Bibit
Pemilihan bibit harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, apakah untuk pedaging, atau perah (misalnya: kambing kacang untuk produksi daging, kambing etawah untuk produksi susu, dll). Secara umum ciri bibit yang baik adalah yang berbadan sehat, tidak cacat, bulu bersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan.

Ciri untuk calon induk:
Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, tubuh besar, tapi tidak terlalu gemuk.
Jinak dan sorot matanya ramah.
Kaki lurus dan tumit tinggi.
Gigi lengkap, mampu merumput dengan baik (efisien), rahang atas dan bawah rata.
Dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tapi dari induk yang muda.
Ambing simetris, tidak menggantung dan berputing 2 buah.

Ciri untuk calon pejantan :
Tubuh besar dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih tinggi, dada lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido (nafsu kawin) tinggi.
Kaki lurus dan kuat.
Dari keturunan kembar.
Umur antara 1,5 sampai 3 tahun.

Makanan
Jenis dan cara pemberiannya disesuaikan dengan umur dan kondisi ternak. Pakan yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, mudah dicerna, tidak beracun dan disukai ternak, murah dan mudah diperoleh. Pada dasarnya ada dua macam makanan, yaitu hijauan (berbagai jenis rumput) dan makan tambahan (berasal dari kacang-kacangan, tepung ikan, bungkil kelapa, vitamin dan mineral).

Cara pemberiannya :
Diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), berat rumput 10% dari berat badan kambing, berikan juga air minum 1,5 – 2,5 liter per ekor per hari, dan garam berjodium secukupnya.
Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah dan pejantan yang sering dikawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur sebanyak 0,5 – 1 kg/ekor/hari.

Tata Kelola
Kandang:
  • Harus segar (ventilasi baik, cukup cahaya matahari, bersih, dan minimal berjarak 5 meter dari rumah).
  • Ukuran kandang yang biasa digunakan adalah :
  • Kandang beranak : 120 cm x 120 cm /ekor
  • Kandang induk : 100 cm x 125 cm /ekor
  • Kandang anak : 100 cm x 125 cm /ekor
  • Kandang pejantan : 110 cm x 125 cm /ekor
  • Kandang dara/dewasa : 100 cm x 125 cm /ekor

Beternak Kambing


Pengelolaan reproduksi:
Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam dua tahun.
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
Kambing mencapai dewasa kelamin pada umur 6 s/d 10 bulan, dan sebaiknya dikawinkan pada umur 10-12 bulan atau saat bobot badan mencapai 55 – 60 kg.
Lama birahi 24 – 45 jam, siklus birahi berselang selama 17 – 21 hari.
Tanda-tanda birahi : gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak dan mau/diam bila dinaiki.
Ratio jantan dan betina = 1 : 10.

Saat yang tepat untuk mengawinkan kambing adalah :
Masa bunting 144 – 156 hari (…. 5 bulan).
Masa melahirkan, penyapihan dan istirahat ± 2 bulan.

Pengendalian Penyakit
Hendaknya ditekankan pada pencegahan penyakit melalui sanitasi kandang yang baik, makanan yang cukup gizi dan vaksinasi.
Penyakit yang sering menyerang kambing adalah: cacingan, kudis (scabies), kembung perut (bloat), paru-paru (pneumonia), orf, dan koksidiosis.

Pasca Panen
Hendaknya diusahakan untuk selalu meningkatkan nilai tambah dari produksi ternak, baik daging, susu, kulit, tanduk, maupun kotorannya. Bila kambing hendak dijual pada saat berat badan tidak bertambah lagi (umur sekitar 1 – 1,5 tahun), dan diusahakan agar permintaan akan kambing cukup tinggi.
Harga diperkirakan berdasarkan : berat hidup x (45 sampai 50%) karkas x harga daging eceran.

Demikian bahasan kita kali ini mengenai beternak kambing, semoga membantu.

Senin, 18 Februari 2013

Macam-macam Kebudayaan Di Indonesia




Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal luar negeri yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.


Kebudayaan nasional

Kebudayaan nasional secara mudah dimengerti sebagai kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:
Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya. 

Disebutkan juga pada pasal selanjutnya bahwa kebudayaan nasional juga mencermikan nilai-nilai luhur bangsa. Tampaklah bahwa batasan kebudayaan nasional yang dirumuskan oleh pemerintah berorientasi pada pembangunan nasional yang dilandasi oleh semangat Pancasila.

Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.

Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.

Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan angsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan menglami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan luar negeri, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional.

Kebudayaan daerah

Seluruh kebudayaan daerah yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia.
Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.

Kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh pedagang-pedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju Tiongkok.
Kedatangan penjelajah dari Eropa sejak abad ke-16 ke Nusantara, dan penjajahan yang berlangsung selanjutnya, membawa berbagai bentuk kebudayaan Barat dan membentuk kebudayaan Indonesia modern sebagaimana yang dapat dijumpai sekarang. Teknologi, sistem organisasi dan politik, sistem sosial, berbagai elemen budaya seperti boga, busana, perekonomian, dan sebagainya, banyak mengadopsi kebudayaan Barat yang lambat-laun terintegrasi dalam masyarakat.

Wujud kebudayaan daerah di Indonesia
Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap saerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda.

Rumah adat

  • Sumatera Barat : Rumah Gadang
  • Sumatera Selatan : Rumah Limas
  • Jawa : Joglo
  • Papua : Honai
  • Sulawesi Selatan : Tongkonang (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone), Balla Lompoa (Makassar Gowa)
  • Sulawesi Tenggara: Istana buton
  • Sulawesi Utara: Rumah Panggung
  • Kalimantan Barat: Rumah Betang
  • Nusa Tenggara Timur: Lopo

Tarian

  • Jawa: Bedaya, Kuda Lumping, Reog.
  • Bali: Kecak, Barong/ Barongan, Pendet.
  • Maluku: Cakalele, Orlapei, Katreji
  • Aceh: Saman, Seudati.
  • Minangkabau: Tari Piring, Tari Payung, Tari Indang, Tari Randai, Tari Lilin
  • Betawi: Yapong
  • Sunda: Jaipong, Reog, Tari Topeng
  • Timor NTT: Likurai, Bidu, Tebe, Bonet, Pado'a, Rokatenda, Caci
  • Batak Toba & Suku Simalungun: Tortor
  • Sulawesi Selatan: Tari Pakkarena, Tarian Anging Mamiri, Tari Padduppa, Tari 4 Etnis
  • Pesisir Sibolga/Tapteng: Tari Sapu Tangan , Tari Adok , Tari Anak , Tari Pahlawan , Tari Lagu Duo , Tari Perak , Tari Payung .
  • Riau : ( Persembahan, Zapin, Rentak bulian, Serampang dua Belas )
  • lampung : ( bedana, sembah, tayuhan, sigegh, labu kayu )
  • irian jaya:

Lagu

  • Jakarta: Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung.
  • Maluku : Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama
  • Melayu : Soleram, Tanjung Katung
  • Minangkabau : Kampuang nan Jauh di Mato, Kambanglah Bungo, Indang Sungai Garinggiang
  • Aceh : Bungong Jeumpa
  • Ampar-Ampar Pisang (Kalimantan Selatan)
  • Anak Kambing Saya (Nusa Tenggara Timur)
  • Oras Loro Malirin, Sonbilo, Tebe Onana, Ofalangga, Do Hawu, Bolelebo, Lewo Ro Piring Sina, Bengu Re Le Kaju, Aku Retang, Gaila Ruma Radha Nusa Tenggara Timur
  • Angin Mamiri (Sulawesi Selatan)
  • Anju Ahu (Sumatera Utara)
  • Apuse (Papua)
  • Ayam Den Lapeh (Sumatera Barat)
  • Barek Solok (Sumatera Barat)
  • Batanghari (Jambi)
  • Bubuy Bulan (Jawa Barat)
  • Buka Pintu (Maluku)
  • Bungo Bangso (Sumatera Utara)
  • Bungong Jeumpa (Aceh)
  • Burung Tantina (Maluku)
  • Butet (Sumatera Utara)
  • Cik-Cik Periuk (Kalimantan Barat)
  • Cikala Le Pongpong (Sumatera Utara)
  • Cing Cangkeling (Jawa Barat)
  • Cuk Mak Ilang (Sumatera Selatan)
  • Dago Inang Sarge (Sumatera Utara)
  • Dayung Palinggam (Sumatera Barat)
  • Dayung Sampan (Banten)
  • Dek Sangke (Sumatera Selatan)
  • Desaku (Nusa Tenggara Timur)
  • Esa Mokan (Sulawesi Utara)
  • Es Lilin (Jawa Barat)
  • Gambang Suling (Jawa Tengah)
  • Gek Kepriye (Jawa Tengah)
  • Goro-Gorone (Maluku)
  • Gending Sriwijaya (Sumatera Selatan)
  • Gundul Pacul (Jawa Tengah)
  • Helele U Ala De Teang (Nusa Tenggara Barat)
  • Huhatee (Maluku)
  • Ilir-Ilir (Jawa Tengah)
  • Indung-Indung (Kalimantan Timur)
  • Injit-Injit Semut (Jambi)
  • Jali-Jali (Jakarta)
  • Jamuran (Jawa Tengah)
  • Kabile-Bile (Sumatera Selatan)
  • Kalayar (Kalimantan Tengah)
  • Kambanglah Bungo (Sumatera Barat)
  • Kampuang Nan Jauh Di Mato (Sumatera Barat)
  • Ka Parak Tingga (Sumatera Barat)
  • Karatagan Pahlawan (Jawa Barat)
  • Keraban Sape (Jawa Timur)
  • Keroncong Kemayoran (Jakarta)
  • Kicir-Kicir (Jakarta)
  • Kole-Kole (Maluku)
  • Lalan Belek (Bengkulu)
  • Lembah Alas (Aceh)
  • Lisoi (Sumatera Utara)
  • Madekdek Magambiri (Sumatera Utara)
  • Malam Baiko (Sumatera Barat)
  • Mande-Mande (Maluku)
  • Manuk Dadali (Jawa Barat)
  • Ma Rencong (Sulawesi Selatan)
  • Mejangeran (Bali)
  • Mariam Tomong (Sumatera Utara)
  • Moree (Nusa Tenggara Barat)
  • Nasonang Dohita Nadua (Sumatera Utara)
  • O Ina Ni Keke (Sulawesi Utara)
  • Ole Sioh (Maluku)
  • Orlen-Orlen (Nusa Tenggara Barat)
  • O Ulate (Maluku)
  • Pai Mura Rame (Nusa Tenggara Barat)
  • Pakarena (Sulawesi Selatan)
  • Panon Hideung (Jawa Barat)
  • Paris Barantai (Kalimantan Selatan)
  • Peia Tawa-Tawa (Sulawesi Tenggara)
  • Peuyeum Bandung (Jawa Barat)
  • Pileuleuyan (Jawa Barat)
  • Pinang Muda (Jambi)
  • Piso Surit (Aceh)
  • Pitik Tukung (Yogyakarta)
  • Flobamora, Potong Bebek Angsa (Nusa Tenggara Timur)
  • Rambadia (Sumatera Utara)
  • Rang Talu (Sumatera Barat)
  • Rasa Sayang-Sayange (Maluku)
  • Ratu Anom (Bali)
  • Saputangan Bapuncu Ampat (Kalimantan Selatan)
  • Sarinande (Maluku)
  • Selendang Mayang (Jambi)
  • Sengko-Sengko (Sumatera Utara)
  • Siboga Tacinto (Sumatera Utara)
  • Sinanggar Tulo (Sumatera Utara)
  • Sing Sing So (Sumatera Utara)
  • Sinom (Yogyakarta)
  • Si Patokaan (Sulawesi Utara)
  • Sitara Tillo (Sulawesi Utara)
  • Soleram (Riau)
  • Surilang (Jakarta)
  • Suwe Ora Jamu (Yogyakarta)
  • Tanduk Majeng (Jawa Timur)
  • Tanase (Maluku)
  • Tapian Nauli (Sumatera Utara)
  • Tebe Onana (Nusa Tenggara Barat)
  • Te Kate Dipanah (Yogyakarta)
  • Tokecang (Jawa Barat)
  • Tope Gugu (Sulawesi Tengah)
  • Tumpi Wayu (Kalimantan Tengah)
  • Tutu Koda (Nusa Tenggara Barat)
  • Terang Bulan (Jakarta)
  • Yamko Rambe Yamko (Papua)
  • Bapak Pucung (Jawa Tengah)
  • Stasiun Balapan, Didi Kempot (Jawa Tengah)
  • bulu londong, malluya, io-io, ma'pararuk (Sulawesi Barat)

Musik

  • Jakarta: Keroncong Tugu.
  • Maluku :
  • Melayu : Hadrah, Makyong, Ronggeng
  • Minangkabau :
  • Aceh :
  • Makassar : Gandrang Bulo, Sinrilik
  • Pesisir Sibolga/Tapteng : Sikambang

Alat musik

  • Jawa: Gamelan.
  • Nusa Tenggara Timur: Sasando, Gong dan Tambur, Juk Dawan, Gitar Lio.
  • Gendang Bali
  • Gendang Karo
  • Gendang Melayu
  • Gandang Tabuik
  • Sasando
  • Talempong
  • Tifa
  • Saluang
  • Rebana
  • Bende
  • Kenong
  • Keroncong
  • Serunai
  • Jidor
  • Suling Lembang
  • Suling Sunda
  • Dermenan
  • Saron
  • Kecapi
  • Bonang
  • Kendang Jawa
  • Angklung
  • Calung
  • Kulintang
  • Gong Kemada
  • Gong Lambus
  • Rebab
  • Tanggetong
  • Gondang Batak
  • Kecapi, kesok-Kesok Bugis-makassar, dan sebagainya

Gambar

  • Jawa: Wayang.
  • Tortor: Batak
  • Patung
  • Jawa: Patung Buto, patung Budha.
  • Bali: Garuda.
  • Irian Jaya: Asmat.

Pakaian

  • Jawa: Batik.
  • Sumatra Utara: Ulos, Suri-suri, Gotong.
  • Sumatra Utara, Sibolga: Anak Daro & Marapule.
  • Sumatra Barat/ Melayu:
  • sumatra selatanSongket
  • Lampung : Tapis
  • Sasiringan
  • Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur
  • Bugis - MakassarBaju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu

Suara

  • Jawa: Sinden.
  • Sumatra: Tukang cerita.
  • Talibun : (Sibolga, Sumatera Utara)

Sastra/tulisan

  • Jawa: Babad Tanah Jawa, karya-karya Ronggowarsito.
  • Bali: karya tulis di atas Lontar.
  • Sumatra bagian timur (Melayu): Hang Tuah
  • Sulawesi Selatan Naskah Tua Lontara
  • Timor Ai Babelen, Ai Kanonik


Kamis, 17 Januari 2013

Renungan Untuk Kita





Renungan Untuk Kita

Pernahkah anda menatap wajah orang-orang yang anda sayang ketika mereka sedang tidur? Kalau belum, cobalah sekali saja menatap mereka saat sedang tidur. Saat itu yang nampak adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur dari seseorang. Seorang artis yang ketika di panggung begitu cantik dan gemerlap pun akan tampak polos dan jauh berbeda jika dia sedang tidur. Orang yang paling kejam di dunia pun jika dia sudah tidur tak akan kelihatan wajah bengisnya.

Perhatikanlah ayah anda saat beliau sedang tidur. Sedarilah, betapa badan yang dulu kuat dan gagah itu kini semakin tua dan lemah, betapa rambut-rambut putih mulai menghiasi kepalanya, betapa kerut merut mulai terpahat di wajahnya. Orang inilah yang tiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan kita, anak-anaknya. Orang inilah, rela melakukan apa saja asal perut kita kenyang dan pendidikan kita lancar.

Sekarang, beralihlah. Lihatlah ibu anda…. Hmm… kulitnya mulai keriput dan tangan yang dulu halus membelai–belai tubuh bayi kita itu kini kasar kerana menempuhi kehidupan yang mencabar demi kita. Orang inilah yang tiap hari menguruskan keperluan kita.

Orang inilah yang paling rajin mengingatkan dan membebeli kita semata- mata kerana rasa kasih dan sayang, dan sayangnya, itu sering kita salah ertikan.

Cobalah menatap wajah orang-orang yang kita cintai.. sayangi itu. Ayah, Ibu, Suami, Isteri, Kakak, Adik, Anak, Sahabat, Semuanya. Rasakanlah sensasi yang timbul sesudahnya. Rasakanlah energi cinta yang mengalir perlahan-lahan saat menatap wajah mereka yang terlelap itu.

Rasakanlah getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa banyaknya pengorbanan yang telah dilakukan orang-orang itu untuk kebahagiaan anda. Pengorbanan yang kadang-kadang tertutupi oleh salah faham kecil yang entah kenapa selalu saja nampak besar.

Secara ajaib Tuhan mengatur agar pengorbanan itu akan tampak lagi melalui wajah-wajah jujur mereka saat sedang tidur. Pengorbanan yang kadang melelahkan serta memenatkan mereka namun enggan mereka ungkapkan. Dan ekspresi wajah ketika tidur pun membantu untuk mengungkap segalanya.

Tanpa kata, tanpa suara dia berkata… “Betapa lelahnya.. penatnya aku hari ini”. Dan penyebab lelah dan penat itu? Untuk siapa dia berpenat lelah tak lain adalah KITA…..

Suami yang bekerja keras mencari nafkah, isteri yang bekerja keras mengurus dan mendidik anak, juga rumah. Kakak, adik, anak, dan sahabat yang telah menemani hari-hari suka dan duka bersama kita.

Resapilah kenangan-kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi dengan menatap wajah-wajah mereka. Rasakanlah betapa kebahagiaan dan rasa terharu seketika menerpa jika mengingat itu semua.

Bayangkanlah apa yang akan terjadi jika esok mereka “orang-orang terkasih itu” tak lagi membuka matanya, untuk selamanya …

Budaya Gotong Royong




Gotong royong, 'hirup sauyunan', berat sama dipikul ringan sama dijunjung adalah peribahasa, ungkapan kata untuk berbuat yang baik menyangkut hajat hidup orang banyak. Perbuatan yang telah lama dilakukan sejak jaman dahulu ketika manusia mengisi bumi. Dengan menitik beratkan pada kebersamaan dan kerukunan dalam pekerjaan dan pikiran, akan terasa gampang dan mudah dihasilkan, entah itu menyangkut diri pribadi maupun untuk bersama. Karena manusia adalah makhluk sosial dan bukannya makhluk individu, maka sepatutnya kudu beriteraksi pada lingkungannya. Betapa kurang berharganya seorang diri warga, manakala tidak berjiwa sosial ini, sebab akan menjadikan diri pribadi dikucilkan oleh khalayak warga. Namun, bila menghendaki 'makarep dewek', begimana gue aja alias semau gie, maka tanggung sendiri akibatnya tatkala diri punya hajat dan kepentingan yang membutuhkan kebersamaan, seperti melakukan resepsi dlsb.

Atas dasar itu pula, sebagaimana nanti dijaman era global, hidup acuh tak acuh akan dikucilkan oleh komunitasnya. Entah dalam lingkup regional atau global inter luar negeri, dalam lingkup rumah tangga atau lingkungan warga dalam bertetangga.

Akan terasa akhir dikemudian hari, manakala menyendiri, betapa penting dan perlu hidup gotong royong itu, perlu sekali hidup rukun dan damai ini, saling asah saling asuh dan saling mengasah diri. Dewasa merangkul yang muda, muda menghormat dan menghargai titah yang tua.

YOUR IP ADDRESS


IP

Tempat Incu Uyut



blogger


blog-indonesia.com

logos



Temukan kami di Facebook

Naon ari hartina SEO?


Optimisasi mesin pencari (bahasa Inggrisna: Search Engine Optimization, biasa disingkat SEO) nyaeta sakumpulan proses anu dilakukeun sacara sistematis anu tujuana pikeun ningkatkeun volume jeung kualitas trafik kunjungan ngagunakeun mesin pencari ngajugjug hiji situs web tartengtu jalaran ngamanfaatkeun mekanisme gawe atawa algoritma mesin pencari nutadi. Tujuan tina SEO nyaeta nempatkeun hiji situs web kana posisi paling luhur, atawa sahanteuna halaman kahiji hasil neangan ngagunakeun kata konci tartangtu nu ditargetkeun. Sacara logis, situs web nu nyicingan posisi paling luhur dina hasil pilarian ngabogaan paluang leuwih gede gasang meunangkeun pangunjung.

Sejalan jeung samakin rabulna nu ngagunakeun jaringan internet minangka media bisnis, kabutuhan kana SEO oge samakin ningkat. Nyicingan dina posisi paling luhur hasil paneangan bisa ningkatkeun paluang hiji parusahaan pamasaran nu basisna web pikeun meunangkeun palanggan anyar. Paluang ieu dimanfaatkeun sajumlah pihak gasang nawarkeun jasa optimisasi mesin pencari pikeun parusahaan-parusahaan anu ngabogaan basis usaha di internet.

Sakitu ti Aki Sadun nu aslina tina SEOWassalam....
 
We on Scribd DMCA.com