Makam Syekh Manshuruddin Al Bantani terletak di Desa Cikadueun Pandeglang Banten. Berjarak 39.6 km dari pusat kota Serang ke arah selatan di jl. raya Labuan Km. 17 masuk ke keramat Cikadueun kampung dan desa Cikadueun RW02/RT04 Kecamatan Cipeucang Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Jika berkendara dari kota Serang dibutuhkan waktu sekitar 1 jam 30 menit, dengan kondisi jalan 80% beraspal mulus.
Makam Syekh Manshur Cikadueun |
Syekh Manshuruddin dikenal dengan Ki Buyut Manshur Tubagus Muhammad Sholeh, atau gelaran Uyut Manshur, beliau tidak memangku gelar kesultanan, karena bukan sultan Banten (fakta sejarah mengatakan demikian dan habar mu'tabar dari ucapan mu'tamad) Beliau adalah cucu Sultan Agung Abdul Fatah Tirtayasa (raja Banten ke 6). Tepatnya bernama Kiai Soleh, Tubagus Muhammad Sholeh, Kiai Manshur atau Syekh Manshuruddin juga sebutan Sekh Manshur, namun sering di tulis Mansyur padahal kurang tepat dalam ejaan kata mu'arrab jadi mu'ajjam (Arabiah ke Indonesia). Beliau putera Sultan Muhammad Syifa' Zainul 'Alamin bin Sultan Abul Mahasin Zainal 'Abidin bin Sultan Haji Abunnashri 'Abdulqohhar (sebagaimana tertuang dalam silsilah keturunan raja-raja Banten tahun 1980M, ada dituliskan disamping kiri, dibawah keturunan raja ke 9, tertulis nama Tubagus Muhamad Soleh)
Kaitannya dengan kerajaan Banten
.
Sudah jelas beliau masih keturunan Banten dan penuh jasa untuk penyebaran dakwah islamiah, bukan memangku jabatan kesultanan sebagaimana fakta sejarah bukan dongeng dan tambo belaka, hal mana terpikir oleh akal dan agama (syareat) mana mungkin ada dua Sultan Haji, Sultan Haji di Banten dan Sultan Haji di Cikadueun, pasti ada yang palsu di antara keduanya dan manakala yang di Banten adalah merupakan Sultan Haji palsu, berarti yang berada di Banten ini telah melanggar norma agama dan keyakinan dengan memperistri dan menggauli istri Sultan Haji asli hingga beranak pinak, dan tiadalah mungkin para ulama membiarkannya dan mengakui keturunannya dari yang palsu ini.
Dengan keberadaan makam Sultan Haji yang di semayamkan di sebelah utara Masjid Agung Banten, memberikan bukti bahwa seseorang didalamnya adalah Sultan Haji yang asli. Pemakaman sebelah utara Masjid ini, adalah pusara para sultan yang utama; Maulana Hasanudin dan permaisuri, Maulana Mohammad Nasruddin Ratu ing Banten, Sultan Ageng Tirtayasa (Abdul Fathi Abdul Fattah), Sultan Haji (Abunnasr Abdul Qohar), Sultan Abdul Fadhal dan permaisuri, komplek ruang utama berjejer tujuh makam. Dan .raja-raja serta Sultan-sultan Banten yang lainnya berada diluar sebelah barat ruang utama. Lain lagi yang berada disebelah selatan Masjid.
Kisah yang sebenarnya,
Sekitar tahun 1651 M, Sultan Agung Abdul Fattah berhenti dari kekuasaan mengatur dalam negeri kesultanan Banten dan hanya mengurus urusan luar negeri saja, dan kekuasaan mengatur urusan dalam negeri diserahkan kepada putranya yaitu Sultan Haji dan Sultan Haji diangkat menjadi Sultan mahkota yang akan menggantikan kelak jabatan penuh kesultanan. dan memangku gelar Sulthon ke 7 Banten bila satu saat ayahnya wafat.
Kaitan Syekh Manshur
Dalam hal ini kaitannya dengan uyut manshur adalah bahwa beliau bukan hanya keturunan Sultan Agung saja yang membuat harum namanya, namun beliau amat sangat mulia dalam kancah perjuangan membina umat sehingga tiada segan dirinya untuk mencampuri urusan siasah negara. Ini terbukti dengan urusan kenegaraan tiada sepenuhnya di campuri hingga dia adukan dengannya padahal beliau masih keturunan kesultanan, sebagaimana cerita-cerita beliau versi lainnya. Maka tiada heran beliau berkelana nyukcruk galur mapai lembur (Sunda; ), tiada henti pindah dan menetap dari satu kampung ke lain kampung hanya untuk syiar agama ini.hinga ke daerah Cikaduen Pandeglang Menikah dengan Nyai Ratu Jamilah yang berasal dari daerah Caringin Labuan Pandeglang. Sebelumnya dalam versi lain beliau pernah beristri dengan Nyai Ratu Sarinten yang di semayamkan di pemakaman ratu, Cikarae, Cimanuk, Pandeglang, Banten,
Seiring waktu selanjutnya, beliau menikah dengan Nyai Abuy yang berasal dari wilayah Bogor Jawa Barat. Yang pertama di kebumikan di astana Cikadueun yaitu Nyi Ratu Jamilah bersama keluarga dan putranya berjumlah lima diantaranya bernama Ki Imam. Adapun Nyai Ratu Abuy Dikebumikan jauh dari astana para keluarga Syekh Manshur yaitu sekitar 2Km menuju timur, ditengah pesawahan siBedil, dengan Nyai Abuy ini beliau tiada mempunyai keturunan..Hingga kini makam beliau sering diziarahi oleh masyarakat dan dikeramatkan.
Allohu A'lam