Selama tiga tahun,...
Saodah memperdalam ilmu agama dan belajar mengaji pada seorang ulama besar. Setelah ia keluar dari pondok pesantren, Saodah tumbuh sebagai gadis cantik yang sholihah anggun serta cantik. Ia pun kembali memasuki kehidupan diluar, tempat tadi berkecimpung menimba pengetahuan. Orang-orang memandangnya tak ubahnya seperti bunga mawar putih yang tumbuh diantara rumput ilalang.
Semua lelaki memujanya dan bergumam, "pasti percampuran ini...darah Indonesia dan Tionghoa yang ada didalam tubuhnya", membuat ia seperti sebuah lukisan klasik yang nyata dan hidup. Ia seperti bidadari.
Ulama-ulama dan Pembesar dari lain Desa juga dari seberang pulau, seringkali datang melamar Saodah. Bahkan tak jarang sahabat ayahnya mencoba melamar Saodah untuk anaknya. Tetapi ayah Saodah yang memiliki hati yang teduh dan waspada itu, menyerahkan sepenuhnya keputusan pada anaknya tercinta. Tetapi Saodah sebagai anak yang sholihah, justru menyerahkan hal itu pada ayahnya, menurutnya, ayahnya pasti tahu apa yang terbaik bagi dirinya.
Saodah sangat mengagumi ayahnya, karena dia adalah lelaki pertama yang dikenal dalam hidupnya. Seorang lelaki yang bertanggung jawab, selalu tersenyum meski dalam keadaan marah sekalipun. Ia adalah lelaki yang selalu mengutamkan ibadah kepada Allah SWT.. Bahkan Saodah seringkali berucap: ”Jika Allah mendatangkan seseorang yang menemani hidup ku, biarlah ia seperti ayahku...”.
Tanpa sepengatahuan Saodah, ternyata sang ayah diam-diam telah menjodohkannya dengan anak seorang pembesar dari ulama terkenal yang merupakan sahabat baiknya. Saodah tak percaya saat ayahnya menyampaikan maksud perjodohan itu karena ia tahu betul bagaimana akhlaknya pemuda itu. Sang pemuda terkenal gemar sekali melakukan kemaksiatan, seperti : judi, mabul-mabukan, begadang bahkan sholatpun tak pernah ia lakukan... Juga bahkan dikampungnya sang pemuda mendapat julukan THE GOD OF GAMBLER ...naudzubillah.
Hari-hari Saodah lalui dengan bersujud pada Allah. Ia memohon petunjuk pada Allah agar diberikan yang terbaik, ia yakin bahwa Allah SWT. akan membantunya, karena itu, ia tak berani menolak tawaran dari ayahnya. Meskipun pada saat-saat itu seringkali di hantui mimpi-mimpi buruk, dan itu yang membuatnya resah dan gelisah dan mebuat ia semakin bingung. Karena ia punya prinsip “Tujuan hidup ku adalah membahagiakan ayahku apapun keputusannya jadi bagaimana aku menolaknya???”
Akhirnya. Ia memutuskan untuk menerimanya, dan hari yang dikhawatirkannya itu tiba juga. Dan ia sempat pingsan saat hari pernikahan. Ia tak percaya bahwa akad itu telah terjadi. Namun keresahan itu juga terjadi pada Mukri (nama sang pemuda tersebut) saat akad nikah, dadanya bergetar hebat. Ia tak kuasa memandang pesona yang dimilki Saodah, “Benarkah aku layak menjadi suaminya?? Saodah terlalu baik untuk ku!! Sedangkan aku?? Tak ada satupun yang bisa aku banggakan dariku!! Aku peminum!! Aku penjudi!! Apakah ini NYATA????
Ditengah malam, tanpa sepengatahuan Saodah dia melakukan sesuatu yang tak pernah ia lakukan, yaitu SHALAT!!. Dalam shalatnya ia bersujud panjang dan bersyukur tak habis-habisnya atas karunia yang telah diberikan Allah SWT. meski maksiat diri kerap kali dilakukannya. Dalam sujud panjangnya dia terus berdoa “Ya Allah, kasihanilah aku, ampunilah aku, bantulah aku...Ya Allah apakah betul Zamrud biru nan indah itu untukku??”
Waktu berlalu dengan do'a dan kesungguhannya, sehingga hari-hari berganti dengan sebuah perubahan yang dahsyat. Kini Mukri telah berubah. Ia telah meninggalkan kebiasaan buruknya itu. Gadis nan indah itu telah merubah pandangannya tentang hidup, hingga ia mampu meninggalkannya. Sampai pada suatu malam Saodah menyaksikan peristiwa yang menggetarkan jiwanya..
Saat itu Saodah bangun malam hendak melaksankan shalat malam, saat ia masih mengenakan mukena ia mendengar suara orang yang mengendap-ngendap di ruangan tamu. Saat ia intip dari kamarnya tenyata sang suaminya hendak meninggalkan rumah. Saodah tak berani mencegahnya ia hanya mampu mengintip. Namun pikirannya mulai berpikir yang tak baik tentang suaminya, ia khawatir suaminya kembali ke kebiasaannya yang buruk dulu hingga ia berani keluar malam lagi. Ketika suaminya sudah mulai menjauh akhirnya ia mengikutinya dari belakang, ternyata sang suami masuk kesebuah masjid.
Saodah tak percaya atas apa yang di saksikannya itu. Ia melihat suaminya berdoa dengan meratap dan menangis kepada Allah.
"Ya Allah aku bersyukur padaMu telah engkau karunikan, seorang perempuan yang cantik, baik dan shalihah. Setiap hari ia berbakti kepada ku, menyiapkan segalanya untuku, mencucikan bajuku, memasak untuku, menimba ar untukku, membacakan kalam Mu untuk menyadarkanku dari khilaf ku pada MU. Tetapi hamba belum menyentuhnya".
"Ya Allah, hamba tak pantas melakukan itu semua. Dan aku tahu itu membuatnya terluka. Hidupku terlalu pekat oleh dosa dosa padaMU dimasa lalu ku. Tetapi engkau memberikan hadiah yang sangat besar untuk hidup ku. Kehadiran Saodah disamping ku adalah karunia terbesar dariMu untukku. Maka dari itu ya Allah,Saodah tetap bersemi INDAH, bercahaya setiap waktu, damai dalam munajatnya kepadaMU setiap waktu. Aku mohon Ya Allah, siapkan seorang suami yang setara dengannya. Dan engkau pasti tak mau melukai hambaMu Saodah dengan membuatnya tersiksa bersuamikan hamba. Kabulkanlah Ya Allah.."
Mendengar itu, Saodah bergetar hebat, ia menangis dan bersujud didepan pintu masjid, seraya bergumam:
"Akulah yang berdosa Ya Allah., akulah yang berdosa, aku telah menyimpan pikiran buruk bagi hambaMu yang mulia ini, yang telah Kau tunjuk menjadi suamiku. Ampunilah hamba ya Allah"
Ternyata bisikan itu menembus kedalam hati lelaki itu dan ia rasakan ada getaran yang menerjang, bahwa aku mohon maaf, dan betapa aku mengagumi dan mencintainya. Ya Allah izinkanlah ia menjadi suami ku untuk selama-lamanya.
Isak tangis yang ditahannya sejak tadi kini meledak. Memecah keheningan, sambil menangis ia merangkak menghampiri suaminya. Mukri terperangah “apakah Saodah mendengar doaku??” pikirnya. Dan kini ia semakin tak dapat menggerakan seluruh sendinya, karena Saodah telah berada dihadapannya, dan memeluk erat tubuhnya. Ia tak percaya, sungguh tak percaya!!
Tangannya bergetar, saat pertama kalinya membelai kepala istrinya, hati dan matanyapun kini semakin basah.“Kakak,jangan tinggalkan Saodah! Mengapa kakak berniat seperti itu?? Aku adalah istrimu kak, selamanya tetap menjadi istrimu! jangan berpikir seperti itu" tersendat suaranya menahan isakan tangis.
“kumohon jadilah suamiku! Kumohon maafkanlah aku selama ini, telah berfikir buruk padamu. Aku mencintaimu kak”
Perlahan lahan Mukri memeluk dengan lembut istrinya dengan segenap cinta, dan dengan lirih ia berucap, ”Ya Allah, engkau datangkan lagi karunia yang besar untuk hambaMu ini, alhamdulillah”