|
Golok Raksasa Ciomas,
dipamerkan setiap perayaan
tertentu |
Tentu saja menjadi kekhawatiran bagi pemangku tradisi, bahwa kearifan budaya Golok Ciomas, lambat laun bisa terkikis. Sementara, Golok Ciomas memiliki nilai sejarah yang tinggi sebagai warisan budaya leluhur. Makanya, beberapa pihak di Banten berembuk untuk selanjutnya merumuskan pembuatan golok raksasa. Golok raksasa ini diharapkan bukan hanya menjadi sebuah pencapaian tertentu, melainkan lebih dari itu, sebagai pengingat bahwa Banten dan Ciomas pada khususnya memiliki warisan tak ternilai.
“Proses pembuatan Golok Ciomas raksasa adalah hasil perenungan banyak pihak yang berkeinginan menjadikan Golok Ciomas sebagai kekayaan budaya yang dapat diwariskan kepada generasi Ciomas pada khususnya, dan masyarakat Banten pada umumnya. Tentu yang lebih luas lagi sebagai kekayaan budaya Indonesia,” tutur Oman Solihin.
Pembuatan Golok Ciomas raksasa terlaksana berkat kerjasama dari beberapa pihak. Di antaranya para tokoh masyarakat Ciomas yang tergabung dalam Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Pondokkahuru, pengasuh Pondok Pesantren Sanibilil Huda, dan para pemuda Ciomas yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pemuda Ciomas (FKPC). Ide ini pun mendapat dukungan penuh dari tim yang dibentuk oleh PT Krakatau Steel, Cilegon.Pembuatannya pun khusus dari campuran baja dan besi inti dan gagang serta sarungnya terbuat dari kayu juar yang banyak ditanam pada masa penjajahan Belanda.
Bagi Oman, terciptanya Golok Ciomas raksasa seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Bukan hanya sebagai pengejawantahan eksistensi Golok Ciomas, tetapi untuk berbagai kepentingan dari berbagai sisi. Misalnya dari bidang pendidikan, sosial, dan pengembangan pariwisata daerah yang bersifat ekonomi.
Golok ini memiliki panjang 7,1 m dan berat 2000 Kg (2 ton), dan sudah didaftarkan ke Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai golok terbesar di dunia. Golok tersebut kini tersimpan di Pondok Pesantren Sanabilil Huda, Desa Citaman.
“Disimpan di sana karena saat ini belum punya museum Golok Ciomas. Dipamerkan setiap hari ulang tahun kabupaten/kota di provinsi Banten,” ujar Oman.
Keberadaan golok di Ciomas tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Islam. Seperti yang diungkapkan para tetua Ciomas, pembuatan golok yang hanya dilakukan setiap bulan Maulid merupakan tanda bahwa betapa kental pengaruh Islam.
“Setahu saya, nama “Golok” itu sendiri diambil dari istilah Arab yakni Golaqo. Artinya kunci. Lalu, dari data dan informasi yang berhasil saya himpun, bahwa golok Ciomas ini juga dijadikan sarana penyebaran agama Islam.”
Golok sebagai sarana penyebaran agama Islam tentu saja bukan berarti golok menjadi senjata untuk melakukan pemaksaan. Seperti yang diungkapkan Oman, bahwa dari mulai proses pembuatannya kaya akan ritual penghormatan kepada Nabi Muhammad Saw.
“Karena dari proses pembuatan yang kaya akan ritual, diharapkan calon pemilik golok ciomas memiliki keyakinan kepada Sang Pencipta. Sehingga Golok Ciomas ini tidak disalahgunakan.”
Anatomi Golok Ciomas raksasa juga memiliki nilai filosofi yang tinggi. Nilai filosofi yang tidak bisa dilepaskan dari nafas Islam. Golok tersebut memiliki tebal kurang lebih 6 cm yang melambangkan jumlah Rukun Iman. Kemudian pada bilah golok terdapat 12 guratan yang dipercaya melambangkan huruf pada kalimat tauhid. Lalu, gagang golok ini memiliki panjang 1,7 meter berbentuk satria dalam pewayangan dengan satu mahkota, yang juga kental dengan nilai filosofi Islam. Pada leher gagang misalnya terdapat 99 lubang yang melambangkan Asmaul Husna. Pada bagian bawah gagang juga terdapat lubang sejumlah 25 buah yang melambangkan jumlah Nabi dan Rasul yang wajib diketahui dalam ajaran Islam. Golok ini dinamai Nyi Gede.
[muat di Lembar Khazanah Pikiran Rakyat, Ahad 1 April 2012]
GOLOK RAKSASA CIOMAS, SEBUAH "MAGNUM OPUS" http://ranting-basah.blogspot.com/2012/04/golok-raksasa-ciomas-sebuah-magnum-opus.html